Minggu, Oktober 21, 2007

Hujan di 1 Syawal 1428 H


Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan (QS. 16:10)



Di 12 Oktober 2007
Lapangan Manggala Sakti, Baleharjo, Pacitan


Semenjak kumandang takbir bergema, langit Pacitan memang sudah mendung, dan Alhamdulillah pagi buta, hujan benar-benar turun.

Kami yang merayakan 1 Syawal 1428 H, jumat itu agak resah juga.


Sms datang dari Ketua 2 PD NA Pacitan…………..akankah sholat Ied akan tetap dilaksanakan di lapangan.
Aku menjawab juga dengan ketidakpastian, sebelum aku mencapai lapangan aku belum tahu apakah akan dialihkan atau tidak. Kalaupun dialihkan, kemana? Maklum sampai dengan detik ini warga Muhammadiyah Pacitan belum memiliki masjid, tempat yang seharusnya bisa menjadi pusat dakwah.

Jamaah tetap dengan antusias melantunkan asma Allah dengan khusyuk. Beberapa jamaah putri mengumandangkan takbir dengan memakai payung. Tak banyak yang datang (masih banyak taon lalu deh kayaknya), tetapi tidak mengurangi arti kemenangan yang akhirnya diperoleh. Pribadi-pribadi taqwa. Pribadi-pribadi muttaqin. Semoga.

Kamis, Oktober 18, 2007

Di Akhir Ramadhan 1428 H

(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka (QS. 8:3)


Sehabis ashar aku masih punya tanggung jawab. Mendistribusikan sebagian kartu ucapan Idul Fitri dari Nasyiah ke para donatur, setelah paginya aku sudah mengirim kartu yang sama ke temen-temen PD NA se Jatim juga PW NA Jatim dan PP NA Yogyakarta lewat jalur pos. maklum PD NA PAcitan belum punya staf umum, jadi akhirnya acara pendistribusian dibagi dengan temen-temen di tingkat Pimpinan sendiri. Boro-boro ngangkat staf, untuk berkegiatan aja kadang kita harus puter otak biar masalah pendanaan yang sudah terlalu klasik tidak menjadi batu sandungan.
Bismillah kita niat untuk amar ma’ruf nahi munkar………………….

Ternyata bensin di sepeda motor yang ku pakai sudah menunjuk di jarum E. Berarti sebelum aku keliling, aku harus menuju SPBU dulu.
Wow, ternyata antrian di SPBU Ploso itu lumayan panjang. Motor dan mobil ada berjejer. Maklum di SPBU Ploso n kayaknya juga SPBU lain yang ada di Pacitan belum dibedakan tempat pengisian untuk motor dan untuk mobil. Mungkin karena masih bisa di handle, berbeda dengan SPBU di kota-kota besar.

Perbedaan lainnya dengan SPBU di kota-kota besar, budaya antrinya masih rendah. Benar kah?

Di kamis sore itu, 11 Oktober 2007. Aku sudah berusaha antri dibelakang motor yang sudah ngantri duluan. Sementara dua motor didepanku selesai, semestinya motor yang persis dibelakangnya punya hak untuk diisi tangkinya. Tapi ada motor yang baru saja datang langsung nylonong masuk ditempat kosong itu sementara si motor yang punya hak belum sempat untuk menggeser motornya.
Platnya AB, Jogja. Heran juga aku. Jogja, kota pelajar, kota besar…….masih saja ada kelakuan warganya yang ga mencerminkan budaya tinggi yang menjadi trade mark Jogja.
Sayang………………

Dan mungkin saking tidak siapnya pegawai SPBU dengan lonjakan pengisi bahan bakar, konsentrasi mereka jadi kurang. Apesnya aku yang kena (semoga saja pengisi bahan bakar yang lainnya tidak mengalaminya). Ku kasih uang 10rb an yang sudah kusiapkan di kantong jaketku dengan tujuan biar cepet n ga ribet.
Si pegawai SPBU menerimanya dengan bahasa mata saja, karena terlalu ga efektif kalo pake acara ngomong sementara antrian bejibun, kalo aku menginginkan tangkiku mau kuisi dengan semua uang yang kuserahkan padanya tadi.
Aku percaya saja dia sudah menekan tombol yang benar sesuai dengan nominal yang kuserahkan padanya. Setelah selesai cepat aq hidupkan mesin motor.

Dijalan seperti biasa, setelah mengisi tangki dengan bensin, aku selalu mengamati penunjuk.
Ya Allah, kenapa jarumnya hanya sampai ditengah? Aku sudah terlalu hafal dengan posisi penunjuk itu. Kalau 10 rb pasti ¾, kalau 5rb pasti ½, kalau 15 rb pasti fuel. Tapi ini?
Posisinya ada di besaran 5 rb. Padahal jelas uang yang ku kasih 10 rb.

Ah, dari pada aku ngrundel dalam hati sisa kejadian penyerobotan antrian di SPBU tadi, aku langsung berprasangka baik saja. Mungkin uang 5 rb yang selebihnya memang bukan hakku. Ada hak orang lain yang ternyata lupa belum aku keluarkan………….

Astagfirullah, ampuni aku ya Allah, kalau memang benar seperti itu………..

Senin, Oktober 08, 2007

Dua Waktu Satu Hasrat

Ku buka kembali buku itu
Kado pernikahan untuk istriku karya Mohammad Fauzil Adhim


Yogyakarta, 30 Mei 2001
Tanggal yang tertulis didalamnya
Itu artinya buku itu sudah ku koleksi dari enam (6) tahun yang lalu


Aku tak tahu kenapa aku rindu untuk membukanya kembali
Padahal dari pertama buku itu menghiasi rak bukuku
Buku itu belum selesai ku baca
Belum khatam
Alasannya mungkin membuat orang lain geli
Baru beberapa halaman ku baca
Begitu buku itu menjadi hakku enam (6) tahun lalu
Aku berkeinginan menjadi kaum Rasulullah seutuhnya
Sesuatu yang ketika itu tak mungkin akan segera terwujud
Pendidikan tinggiku belum kuselesaikan


Dan ternyata
Ketika lembar demi lembar ku baca
Enam (6) tahun kemudian
Keinginan itu belum berubah


Kututup kembali buku itu
Dan belum juga terselesaikan seluruh halamannya
Dengan satu keyakinan baru
Semoga
Keinginan itu semakin dekat menujuku

Dan Aku pun Iri……………

Usianya masih dibawahku
Pendidikan formalnya ……………. (hehehehehehe, ga penting wis)

Tetapi aq iri padanya

Dia selalu mengaku sebagai penulis senja (yang tampan) sejati
Dia begitu produktif mencatat aktivitas hariannya
Menggoreskan kata-kata indah dalam puisi
Menuliskan imaji dan khayalannya

Aq masih iri padanya

Menulis adalah hidupnya
Memuntahkan kalimat-kalimat indah
Menuangkan ide-ide sederhana dalam balutan kata bersayap
Sayang kalau tak kita tengok barang sejenak

Terus berkarya sahabat
Sebarkan ayat-ayat Tuhan
Dalam rangkaian mempesonanya alur cerita yang khas…………senja