Senin, Juli 23, 2012

Tentang Hari Anak 2012

Kemarin tanggal 23 Juli. Pemerintah menetapkannya sebagai Hari Anak Nasional. Belum terlalu telat rasanya, kalau saya mau menulis sesuatu yang ada hubungannya dengan anak. Tidak ada tinjauan astronomi atau fikih yang bermain diterlambat atau tidaknya saya menulis tanggal 24 Juli. Saya dikarunia satu putri dan satu putra. Dua-duanya normal. Alhamdulillah. Yang satu berumur 3 tahun, yang satu berumur 1,5 tahun. Sebagai perempuan saya nyaris sempurna menurut pandangan masyarakat kebanyakan. Memiliki keluarga dengan anugerah dari Tuhan yang lengkap, anak perempuan dan laki-laki, suami dengan jabatan yang terus merangkak naik, memiliki pekerjaan yang kata orang bermasa depan dan masa pensiun yang jelas, dan di masa sekarang menjadi perempuan yang g 'ngathong' ke suami secara finansial, memiliki network yang tidak sedikit walau juga tidak banyak. Sudah cukup puas kah saya? Sebagai manusia, jawaban saya adalah belum. Penghasilan yang saya miliki (sebagai perempuan, walaupun agama saya mengajarkan suami harus menafkahi istri bagi istri yang memiliki pendapatan sendiri, saya tidak mau tergantung, inilah egoisme terbesar yang saya miliki) sering membuat saya tidak puas. Berburu dollar istilah teman-teman kerap saya lakukan. Semuanya harus bernilai rupiah. Gila! Saya seperti akan hidup di dunia seribu tahun lagi. Dampaknya terbawa ke rumah. Anak saya yang pertama ada di penitipan, anak kedua saya ada di rumah bersama pengasuhnya. Saya sering memikirkan urusan perut ketika sampai di rumah. Makanan apa yang akan saya sajikan. Anak-anak asyik dengan mainan dan pengasuhnya. Kadang mereka ingin bermanja dengan saya, umminya, tetapi apa daya tubuh ini kadang sudah lelah untuk bercengkerama dengan mereka. Kata-kata kasar secara sadar keluar dari mulut saya, yang kata orang berpendidikan. Rumah menjadi kurang layak anak.Hmmmmm.... Teori Psikologi tentang perkembangan anak belum sepenuhnya saya terapkan, masih tersimpan rapi di buku teksnya plus arsiran berwarna yang menandakan bahwa ini adalah point penting, yang harus diimplementasikan pun juga bisa dijadikan acuan untuk menulis artikel. Kalau saham akhirat itu bernama anak-anak, kapan saya bisa mulai menanamkan saham saya lebih banyak. Tuhan bantu saya untuk itu. Bismillah...