Senin, November 19, 2007

Pembagian itu………….

Diantara kejahatan Kapitalisme ialah buruknya pembagian kekayaan dan kesejahteraan diantara rakyat, dan diantara keindahan dan keunggulan Sosialisme dan Komunisme ialah pembagian kemiskinan dan kesengsaraan bagi seluruh rakyat (Arif bijak)




Sudah sejak hari Senin, sebuah pesan masuk diponselku, bahwa pendistribusian dana Pemberdayaan Manusia (PM), bahasa programnya, akan dilaksanakan hari Rabu, 14 Nopember, tanpa menyebutkan jam berapa, yang jelas pagi menurut waktu orang Indonesia.

Sudah agak siang, aku dan Mr. Rohman berangkat. Biasa, penyakit leletku kambuh walau keadaan sudah sedemikian genting (hehehehehehehe, ga dink, kadang ajah). Baru mau jalan satu pesan masuk mengabarkan kalau kita sudah ditunggu warga penerima program (PM). Mr. Rohman memacu motor dengan kecepatan tinggi, padahal jalan yang kita lalui berkelok serta naik (maklum daerah pegunungan dan perbukitan).

Sampai disana, benar, warga yang kurang lebih 50an orang (sesuai catatan di proposal ajuan dari Unit Pengelola Keuangan(UPK)) sudah memenuhi pelataran kantor UPK.

Acara segera dimulai. Sambutan dari Pak Kades dan Mr. Rohman mengawali acara pagi setengah siang itu. Singkat padat. Aku menolak tawaran Mr. Rohman untuk memberikan sepatah dua patah kata. Aku yang mengaku orang Jawa masih cadel berbahasa Jawa yang baik dan benar. Aku juga tidak punya cukup ide soal kata-kata apa yang akan kujadikan tema dalam pengantarku (semuanya sudah diborong Mr. Rohman). Aku baru memahami bahasa kaum yang sebenarnya. Selama ini aku dengan mudah dan gampang tanpa kesulitan yang berarti ketika harus berinteraksi dengan teman-temanku, dengan mahasiswa.

Di hari itu juga, kita masih punya agenda untuk melihat program-program yang masuk ke Desa Ngromo sebagai side effect dari Program Gerdu TAskin Desa Model Tahun 2007 ini.

Paket-paket mulai dibagikan. Ada yang berupa paket seragam sekolah untuk mereka yang masih duduk dibangku SD tapi ……………………
Yang paling banyak adalah paket untuk para lansia yang kurang mampu. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh, hatiku menjerit……………….bagaimana kalau orang-orang tua itu adalah kakek dan nenekku……………tak pernah terbersit sedikitpun dalam benakku.

Aku masih lebih beruntung.

Masih ada yang diusia senjanya harus menggunakan cap jari karena tidak bisa menulis dan membubuhkan tanda tangan. Ada yang langsung maju mengambil bagiannya walau namanya belum dipanggil karena indera pendengarannya sudah mengalami gangguan……………………

Yang membuatku tertegun adalah mereka ‘nyarter’ mobil per dusunnya dengan kondisi berdesak-desakkan agar tidak terlalu jauh berjalan. Ya jalan utama di desa itu memang sudah kondisi III B tetapi jalan-jalan menuju rumah-rumah penduduk per dusunnya, jalan-jalan berbatu……………………

Ketika aku, Mr. Rohman, temen-temen UPK dan Pak Sekdes menyusuri program-program fisik yang telah dan sedang dikerjakan rasanya aku tak ingin mengulanginya. Kondisi jalan yang terus naik dan berbatu kadang membuatku heran kenapa mereka masih saja betah di tempat itu. Karena mereka punya semua yang akan mereka makan (itu jawaban Bapakku yang notabene wong ndeso).

Apalagi dalam kondisi musim penghujan begini. Secantik dan seganteng apapun penduduk desa itu jangan pernah Anda melihat bagian kaki atau sepatu/sandalnya. Karena yang akan terlihat adalah bekas tanah merah basah yang menempel disana sini…………